Gubah#4: Bagusan Jadi Apa?

Ada seorang teman, namanya Arya. Sejujurnya, saya tidak tahu siapa nama lengkapnya. Yang pasti dia bukanlah Arya Wiguna yang sempat viral beberapa tahun silam karena sumpah serapahnya (baca: Demi Tuhan) dan konfliknya dengan Eyang Subur. Kalau Arya yang ini sih viralnya karena ia menjadi gorila. Eeeng, bisa dibilang dia punya endang gorila, tapi alih-alih menakutkan malah jadi unyu. Karena endangnya yang begitu unik ini, ia pun berinisiatif untuk membuat blog bertajuk golilaunyu. Sehabis ini kalian langsung aja mampir ke blognya yang berisi kisah-kisah uwuwu.

Nah, Arya yang selanjutnya akan disebut dengan golilaunyu ini bertanya di kolom komentar serial Gubah#2 yang ngebacotin dunia perkuliahan. Lebih tepatnya golilaunyu ini menantang saya untuk ngebacot soal pilihan setelah tamat kuliah, yaitu mau jadi karyawan atau pengusaha. Sebagai seorang yang suka menebarkan faedah melalui bacotan, roh perbacotan saya pun menggelinjang. Panas dengan tantangan itu, saya pun mulai mengumpulkan beberapa kata-kata faedah yang akan saya bacotin hari ini.

Sebenarnya, pernah sesekali saya singgung hal ini, baik secara offline maupun online. Untuk secara offline sendiri beberapa pernah saya utarakan pendapat saya soal ini. Sedangkan untuk secara online, pernah sih bahas ginian lewat status Facebook. Hanya saja bahasannya singkat dan tidak rinci kaya bacotan hari ini. Udah gitu saya lupa itu waktunya kapan, yang jelas udah agak lama jugalah.

Banyak orang-orang yang berpendapat lebih baik menjadi pengusaha saja. Katanya sih dengan menjadi seorang pengusaha bisa meraup keuntungan yang lebih besar. Selain itu, pengusaha bisa menentukan jadwal kerjanya. Lebih mengarah kebebasan, tanpa dikekang aturan. Sementara orang-orang lain juga berpendapat bahwasannya lebih enak jadi karyawan saja. Seperti menjadi pegawai tetap BUMN ataupun ASN. Bulanannya udah jelas segitu, gak repot-repot mikirin gali-tutup-lobang, dan lain halnya.

Kamu juga pasti tahu gimana lika-likunya menjadi pengusaha dan karyawan. Kalau jadi pengusaha, meskipun jadwalnya tidak tetap, tapi bisa saja jam-jam kerjanya di luar batas. Ibaratnya kerjaan pengusaha itu bisa disegala waktu dan tempat. Beda kalau jadi karyawan, kebanyakan karyawan yang kalau sudah tidak jam kerjanya gak akan mikirin kerjaan lagi. Lagi-lagi itu kebanyakan ya, bukan berarti gak jarang karyawan yang bawa kerjaannya ke rumah.

Pandangan saya soal menjadi karyawan ataupun pengusaha adalah sama. Bahkan saya menganggap semua pekerjaan yang halal adalah sama. Semuanya sama-sama baik. Ada suka dan dukanya. Tidak hanya pengusaha ataupun karyawan, menjadi seorang yang bekerja dengan jasanya seperti penyanyi, musisi, pemain film, dan lainnya tetaplah baik. Yang jelas, selagi kerjaan itu halal, semua kerjaan itu sama aja baiknya.

Sama seperti pilihan kuliah, menjadi profesi-profesi tersebut juga pilihan. Sekalipun kamu mengambil kuliah jurusan kedokteran, bukan berarti kamu tidak bisa menjadi seorang seniman. Tolong kamu jangan bacotin perkara lebih bagus kerja sesuai dengan jurusan kuliah, karena banyak kok orang-orang yang sukses malah lari dan tidak menerapkan ilmu yang di dapatnya di bangku sekolah. Tidak ada salahnya juga kok kalau kamu tetap bekerja sesuai dengan ilmu yang kamu dapatkan di kampus.

Saya pribadi juga tidak tahu kedepannya saya bakal jadi karyawan saja atau memiliki sebuah usaha. Atau bekerja lepas saja. Atau entahlah. Jika dibahas soal penghasilan, menurut saya semua ada porsinya tersendiri sih. Tidak semua pengusaha bisa melambungi penghasilan karyawan, begitu juga karyawan tidak semuanya juga yang berpenghasilan lebih fantastis dari seorang pengusaha. Semua ada rezekinya masing-masing.

Ngomongin soal penghasilan, padahal hari Sabtu yang lalu saya sempat ngebacotin soal gaji dengan Golilaunyu secara tatap muka. Saya bilang ke dia, gak masalah mau gajimu seberapa, ataupun penghasilan orang lain seberapa. Gak usah terlalu mencampuri soal rezeki orang lain. Yang penting rezeki yang kita dapat berkah, insya Allah semuanya cukup. Bahkan bisa lebih untuk tabungan. Yang penting kitanya sehat, kitanya bahagia menjalani hidup, dan tentunya bisa berbagi dengan orang lain. Daripada punya income gede, tapi abis-abis di rumah sakit, lah jangan sampeklah ya?

Gak ada salahnya punya penghasilan yang besar. Sebesar apapun penghasilan kamu, sama sekali tidak masalah bagi saya. Justru saya senang. Tapi dengan catatan, rezekinya harus berkah dan halal. Satu lagi sih pesan saya, tetap sederhana menjalani hidup. Yang biasa-biasa aja, keluarkan materil sesuai kebutuhanmu. Tak perlu iri soal seberapa besar penghasilan orang yang di kanan kirimu. Begitu juga tak perlu merendahkan sekecil apa gaji seseorang yang berada di depan dan belakangmu.

Let’s we think together. Kalau semuanya punya mindset pengen jadi pengusaha supaya dapat penghasilan yang besar, lantas siapayang akan membantu pengusaha tersebut? Saya tidak ngomong soal karyawannya sendiri yang membantu, lebih ke yang menjalaninya untuk menyukseskan usahanya. Kita ambil contoh pengusaha barang. Apalagi barangnya impor. Bayangkan kalau tidak ada pilot, ataupun teknisi pesawat. Apakah barangnya bisa sampai? Apakah pengusaha bisa menyupiri pesawat?
Kan ada kapal.
Iya sih, kapal ada. Kereta api ada. Mobil ada. Semua ada memang. Tapi kalau semuanya jadi pengusaha, siapa yang jadi nakhoda? Yang jadi masinis siapa? Kuy kita mikir lagi.
Lanjut, kalau gak ada kurir, apakah pengusaha itu sanggup untuk mengantarkan barangnya sendiri? Bayangkan juga kalau gak ada yang menjadi pegawai hotel, atau mungkin karyawan di sebuah tempat wisata, situ mau liburan pakai tenda doang? Liburannya juga self service ya, tentunya juga gak akan ada yang mengelola tempat wisata yang kamu datangi untuk melepas penatmu selagi luang menjalani usahamu.

Bukan berarti menjadi pengusaha itu tidaklah mulia atau tidak akan ada orang yang bergantung kepadanya. Menjadi pengusaha juga baik, kalau gak ada pengusaha makanan atau barang, bagaimana para karyawan atau pekerja lainnya bisa makan dan memiliki barang yang dibutuhkannya. Dari sini sebenarnya mau jadi apapun itu adalah hal yang baik. Tergantung bagaimana pilihan dan minatmu.

Sekalipun minatmu menjadi seorang penyanyi atau mungkin pekerja jasa lainnya, silahkan saja. Para pengusaha ataupun karyawan pun butuh yang namanya hiburan. Entah dengan menonton konser atau juga menonton film. Gak jarang kan para pegawai berakhir pekan dengan menonton film hanya untuk merilekskan pikirannya. Atau sekedar bersorak gembira menonton konser serta hanyut dalam lirikan lagu yang dibawakan penyanyi. Begitu juga dengan penyanyi atau pemain film tersebut. Dia juga butuh seorang pengusaha untuk kebutuhannya, serta butuh karyawan untuk melancarkan urusannya. Balik lagi, kalau gak ada pilot, nakhoda, dan lainnya bagaiman penyanyi tersebut bisa mengadakan konser dunia.

Yang bekerja di bagian pemerintahan juga teruskan pekerjaanmu dengan integritas yang tinggi. Semua orang juga butuh kalian. Misalnya nih, kalau gak ada yang mau jadi polisi, kalau ada tindakan kriminal gimana? Atau misalnya urusan pelayanan masyarakat, kalau semuanya kepikiran jadi ASN itu bla bla bla, yang mau melayani dan membantu urusan kamu siapa?

Bekerjalah sungguh-sungguh, sesuai dengan kesukaanmu, tanpa pernah menjatuhkan profesi orang lain. Semua orang butuh profesimu, begitu juga dengan profesi orang lain juga kamu butuhkan. Semuanya perlu tolong-menolong yang terkadang kita tidak pernah sadari akan hal itu. Ambil pilihan profesi yang kamu suka, asalkan halal. Terserah mau seberapa gaji yang kau dapatkan, tak perlu merasa minder ataupun iri dengan gaji orang lain. Yang penting berkah. Kalau udah berkah, terus halal, insya Allah semuanya akan baik-baik saja.

Kira-kira segitu dulu untuk hari ini. Gak terasa udah setengah perjalanan dari serial Gubah (Seminggu Ngebacot Berfaedah) yang saya tuliskan. Doakan kita semua kuat hingga hari Minggu nanti—saya  kuat ngebacot, kamu pun juga kuat untuk baca bacotan saya. Sebenarnya masih banyak sih yang mau saya bacotin soal profesi, tapi dilain waktu saja ya. Karena saya sangat bersyukur sekali jika kamu masih mau baca hingga di akhir tulisan bahkan sampai di titik ini. Iya, titik yang di sebelah huruf “i” kapital di kalimat terakhir ini.

6 komentar:

  1. aaaahhhhhhh namaku tersebut.. hehehehe,,,
    ohiya dan ngomongin soal ginian yaahhh,,, jujur aku emang lebih milih jadi karyawan. jujur aku orangnya ga pengen terlalu ribet, walaupun income yang didapat besar kalo jadi pengusaha tapi menurutku ribet karena harus mikirin ini-itu. lebih prefer ke karyawan namun income perbulan cukup, karena yang penting itu adalah gimana kita mensyukuri apa yang telah kita dapatkan.

    ceileeehhh makasih loh bang nikmal udah mau ngebahas topik ginian...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama. Semangat terus buat golila dan sukses terus!

      Hapus
  2. Kalau semua orang Indonesia jadi pengusaha, maka pengusaha tambah banyak.
    Mengenai siapa yang ngebantu pengusaha, kita bisa datangkan TKI (Tenaga Kerja India) dan TKW (Tenaga Kerja Washington) :D

    BalasHapus
  3. memang sih lebih seru jadi pengusaha, kita yang memanage waktunya, ga terikat, dan kita juga yang atur mau gaji berapa bulan ini, tapi itu kok ada gollilaunyu ya paling atas :'D

    BalasHapus