Gubah#1: Logika Cerita Sinetron Indonesia

Jadi gini: selama beberapa hari ini saya memikirkan beberapa hal sepintas yang kayanya seru nih diangkat menjadi sebuah tulisan. Walaupun kesannya nanti hanya sekedar bacotan dari saya karena ini pendapat saya yang ingin diutarakan, tapi setelah dipikir-pikir rasanya pendapat saya itu hanya berupa bacotan belaka.

Perihal bacot, pengertiannya sendiri sebenarnya banyak cakap. Lebih mengarah negatif diartikan menjadi omong kosong. Kalo kata banyak orang sih bacot itu seperti bacrit—sebuah akronim dari banyak cerita. Namun, bagaimana jadinya hal yang negatif itu bisa diramu menjadi sesuatu yang bermanfaat? Kalau kata trending-nya sih berfaedah. Kayanya asik juga, kan?

Nah, melalui kesempatan ini, saya pun berinisiatif untuk membuat serial Gubah di blog saya. Gubah sendiri merupakan singkatan dari Seminggu Ngebacot Berfaedah. Artinya, selama seminggu ini insya Allah saya akan selalu ngebacot apa saja yang sedang saya pikirkan, entah itu terlintas ketika lagi rebahan, makan, buang air, atau sekalipun sedetik saat buang angin. Setelah terpikir, saya coba menuliskan bacotan saya dan akan saya publish di blog saya ini. Diharapkan bacotan-bacotan yang saya tulis menjadi bermanfaat di mata banyak orang, maka saya pun menyelipkan doa dari singkatan serial Gubah ini dengan melampirkan kata berfaedah. Seenggaknya saya mencoba merubah pandangan sesuatu yang negatif menjadi hal yang sedikit positif. (p.s.: maaf kalau cuman sedikit positif, gak bisa banyak-banyak.)

Sementara gubah sendiri, bisa diartikan seperti buat; cipta, dalam hal ini juga kalau ditambah imbuhan me- menjadi sesuatu yang dibuat ataupun hal yang diciptakan. Misalnya menggubah lagu bisa diartikan menciptakan lagu. Dalam hal ini gubah sendiri selain bermaksud sebagai singkatan serial tulisan saya, diharapkan kata sederhana itu mampu membuat saya lebih semangat setiap harinya untuk ngebacot selama seminggu ini.

Ok langsung saja, pada Gubah#1 kali ini saya mau ngebacot soal sinetron Indonesia saat ini.
 

Sangat disayangkan sekali memang, belakangan ini sinetron Indonesia mendapat respon yang kurang baik di khalayak. Mulai dari banyak orang di sekitar saya yang tidak sedikit untuk mengecam para penonton ataupun yang memproduksi sinetron tersebut. Yang beranggapan kalau sinetron Indonesia itu tidak berbobot, unfaedah, dan bahkan dinilai menghabis-habiskan waktu juga banyak. Setelah saya tinjau lebih jauh lagi, dengan beberapa perbandingan yang saya terapkan, sepertinya saya sudah tahu kenapa publik tidak mendukung sinetron Indonesia.

Di sini saya mengambil sebuah perbandingan dari K-Drama. Serial asal Korea Selatan ini mampu membuat banyak orang Indonesia selalu menunggu dan tentunya menikmati hasil sinetronnya Korea. Yang tidak setuju boleh langsung komen di bawah kalau K-Drama itu ya sebenarnya juga sinetron sih, karena dia terbentuk dari beberapa episode. Meskipun tetap lebih banyak episode dari sinetron Indonesia kebanyakan.

Saya sendiri pernah menonton sebuah sinetron Indonesia, begitu juga dengan K-Drama. Baik sinetron Indonesia zaman dahulu sampai sekarang—walaupun sekarang cuman mengikuti sekilas ketika acara yang sedang saya tonton iklan—pun saya tonton. Begitu juga dengan K-Drama, mulai dari zaman booming-nya Full House, Boys Over Flowers, hingga beberapa K-Drama thriller ataupun action juga saya tonton belakangan ini. Zaman dulu bisa dikatakan masih banyak sinetron Indonesia yang digandrungi. Lantas kira-kira kenapa sekarang sinetron Indonesia bisa dinilai negatif oleh banyak orang. Kenapa dari zaman dulu hingga sekarang K-Drama masih ada saja peminatnya. (Bahkan sekarang makin menjamur.)

Salah persepsi kalian kalau menjawab K-Drama dipenuhi dengan aktor ganteng dan juga aktris cantik. Memangnya aktor dan aktris Indonesia tidak memiliki rupa yang bagus? Apa kalah saing dengan pemain sinetron Korea? Menurut saya sih enggak, dan lagi-lagi cantik-ganteng itu ya relatif. Jadi pada setuju kan kalau rupa pemain sinetronnya tidak menjadi perbandingan?
Terus, kira-kira apa dong yang bisa jadi bahan perbandingannya?

Nah, ini dia bahan perbandingan yang ingin sekali saya bacotin. Pas SMA dulu, saya pernah berdiskusi singkat dengan teman saya soal logika cerita. Waktu itu kita bahas soal logika cerita dari sebuah film. Saya pribadi beranggapan kalau logika cerita merupakan suatu hal yang penting dan bisa menjadi fatal jika missed. Baik itu dalam pembuatan cerita tertulis seperti cerpen, novel, komik, ataupun cerita audiovisual seperti film, ftv, dan tentunya serial drama ataupun sinetron. Sekalipun cerita yang ditampilkan adalah rekaan, tapi tetap saja alangkah lebih baiknya bisa diterima oleh logika penikmatnya. Sekalipun itu fiktif, gak ada salahnya kan kalau dibuat menjadi seakan-akan nyata. Justru menjadi suatu nilai yang bermakna bagi para penyaksinya, terlebih kalau memang cerita yang dibuat bisa mewakili kisahnya.

Sayangnya, sinetron Indonesia saat ini banyak yang lalai dengan logika cerita. Bukannya mau menspekulasi kalau pembuat cerita ataupun orang yang dibalik layar seenaknya saja bercerita, hanya saja kemungkinan tingkat kesadaran ataupun analisis ceritanya yang masih dianggap kurang. Sering kali saya sebagai penonton, walaupun sekilas dan tidak terlalu mengikuti sinetron tersebut, kesal dan selalu mempertanyakan kenapa si tokoh seperti itu? Kenapa dia kok gak kaya gini aja? Bahkan terkadang mengumpat mereka karena perilaku lakon pemainnya.

Beda sekali kalau saya sedang menonton K-Drama. Soal logika cerita, saya nilai mereka sangat jarang yang tidak sesuai dengan logika. Ceritanya dibungkus dengan kesan yang menarik, tapi memang bisa saja terjadi di kehidupan nyata. Sekalipun mereka membuat cerita yang fantasi, entah itu sebuah legenda ataupun cerita histori lainnya, tetap saja ada beberapa aturan yang tidak boleh terlanggar. Katakanlah mereka tidak bisa sesuka hatinya membuat cerita sekalipun cerita itu tidak akan mungkin terjadi di kehidupan nyata.

Hal-hal yang seperti ini sebenarnya bisa menjadi penyebab besar mengapa masyarakat Indonesia meninggalkan sinetronnya sendiri. Sebenarnya sinetron Indonesia banyak juga yang menyiratkan hal yang positif, hanya saja mungkin eksekusinya yang kurang. Perkara logika cerita yang dibangun bisa saja membuat orang-orang yang harusnya menilai sesuatu yang positif menjadi hal yang negatif.

Saya yakin, negara kita bukannya tidak bisa memberikan hal yang berkualitas. Bisa juga bersaing dengan negara luar, termasuk soal produksi sinetron. Film-film keluaran Indonesia zaman sekarang aja juga banyak yang udah bagus-bagus, lantas mau sampai kapan sinetron Indonesia tidak merubah cara pandangnya dalam memikirkan cerita?

Padahal dari segi kostum, pengambilan gambar, dan lainnya sinetron Indonesia udah cukup oke kok. Hanya saja saya yang menontonnya menjadi sedikit kesal akibat logika cerita yang dibangun justru banyak yang tidak bisa diterima akal. Itu aja sih yang mau saya bacotin hari ini.

Oh iya, kebetulan banget nih, hari ini sampai hari Minggu nanti sebuah komunitas teruwuwu di kota Medan alias Blogger Medan mengadakan #7HariNgeblog, yang mana para blogger ditantang untuk menulis rutin setiap harinya selama seminggu. Secara kan hari Minggu nanti merupakan Hari Blogger Nasional. Jadi, sebagai blogger saya pun merasa tertantanglah untuk ikutan #7HariNgeblog. Pas pulak saya juga mau ngebacot selama seminggu dengan serial Gubah ini kan. Jadi ya cocok kalilah ini.

Buat kamu yang mau ikutan, gak usah sungkan-sungkan. Langsung aja baca e-flyer berikut untuk beberapa ketentuannya atau bisa langsung mengunjungi Instagramnya @blogger_medan untuk info lebih lanjut. Pada ikutan ya, karena mereka juga bakal kasih hadiah kalau tulisan kamu menarik dan jadi juara dalam tantangan #7HariNgeblog ini.

15 komentar:

  1. Jujur awak gk pernah lagi nonton tv, jdi gak tau perkembangannya, update terbaru nonton ulasan remotivi nyindir indobiar yg tayangin ftv hidayah gitu, tapi ada adegan gg seharusnya tidak pantas di TV nasional. Ah sudahlah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahahaha semoga ke depannya industri sinetron Indonesia bisa lebih baik lagi ya, bang.

      Hapus
  2. hati hati bang, nanti ceritain sinetron indonesia bisa kena azab, ahaha

    BalasHapus
  3. dulu mak ku nonton sinetron , semenjak ada drama korea dia bilang 'enakan drakor ya cepat habis nya'

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal sinetron Indonesia zaman dulu kayanya banyak juga yang episodenya sedikit.

      Hapus
  4. AWak kira tadi mau ngajak gibah gitu,dek. Eh, rupanya gubah yah,hahaha. Duh, edak uda gak pernah lagi buka televisi apalagi nonton sinetron. DUlu jaman sekolahan nonton yang cinta-cintaan anak SMP dan SMA aja. Sekarang sungguh tidak pernah lagi nonton tv karena makin tidak jelas jalan ceritanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Inila kan kakak lambe kita ini, asik gibah aja maunya hahahah 😅 biasa sekarang seringnya ngeyoutube, atau ga ambil online course kakak kan.

      Hapus
  5. sinetron Indonesia awalnya asik di tonton, makin lama gak asik lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kedepannya kita doakan semoga sinetron Indonesia bisa tampil seperti yang diinginkan oleh khalayak ya kak.

      Hapus
  6. Sudah lama enggak nonton sinetron, lebih milih K-Drama, atau Bollywood sekalian.
    Bukan gak cinta Indonesia sih, tapi memang lebih ke selera aja. Yekannn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas kak, kadang soal selera ga bisa dinego-nego memang kak.

      Hapus
  7. Untuk sinetron indonesiaaa... Aku skip ttg apa kontrofersi yg terjadi... Tapi,,, WHY GITU LOOOHH ADA SINETRON INDIA DI ANTV YANG CERITANYAAA BERBELIT DAN TERKESAN MELEBIH-LEBIHKAN,,, contoh kayak, si protagonis pengen makan trus si antagonis ngelarang... YAUDAH KALO GA BOLEH MAKAN, TINGGAL MAKAN DILUAR AJA GITU LOHH,, ATAU GO-FOOD-TIN AJA... kayak, terkesan lebay dan gak penting jugaaa... Beberapa scene kayak kalo lagi ketauan eehh angle kameranya muter-muter... Itu buat mata yg nonton pening jadinyaa....

    Maafkan curhatanku ttg sinetron india ini
    Aku ga kuat, tapi mamakku nonton itu tiap hari.. Start jam 10 pagi sampe jam 3 sore,, hanya di ANTV

    BalasHapus
    Balasan
    1. Inila ni masyarakat Indonesia yang juga tidak bermain logika saat menonton serial Bollywood. ((Go-food in aja)) Coba teliti dulu sebelum berpendapat, di India apa ada Go-Food. Kan engga si 😅

      Hapus
  8. aku gak masalah sih nonton apa aja, jadi kaya setiap negara itu punya khasnya sendiri dalam ngolah series meski realita masyarakatnya gak gitu. Meski sekarang aku udah nyaris ga pernah nonton-nonton hal fiksi begitu sih hehe.

    BalasHapus