Penulis:
Randu Alamsyah
Penerbit:
Moka Media
No.
ISBN: 979-795-816-7
Harga: Rp 55.000,00
~ ~ ~
Aku
memiliki rahasia. Kau memiliki rahasia. Bahkan langit pun memiliki rahasia. Kau
tahu Senja Kuning di langit Cempaka sore itu? Dia menyimpan rahasia
tentangku, tentang sebuah Galuh[1] Hati.
Aku
adalah satu-satunya riwayat tua yang diperbincangkan di rumah para pendulang
intan di Cempaka. Kekuatan dan keindahanku selalu menjadi teka-teki yang
diturunkan hingga ke anak-cucu mereka.
Namun,
tahukah kau bahwa dibalik gemerlap cahaya yang aku pancarkan ada rahasia
tentang persahabatan, cinta, dan sebuah pengkhianatan?
~ ~ ~
“Cerita yang
memukau, seperti intang yang berkilauan dalam linggangan pendulang. Keren!”
—Sandi
Firly, Penulis Novel Lampau
~ ~ ~
Ok, aku akan menceritakan
sedikit pengalamanku saat membaca novel Galuh Hati.
Aku benar-benar menikmati saat
membaca cerita dari seorang guru yang memiliki pengalaman yang begitu banyak.
Baginya, ada satu pengalaman saat ia benar-benar menemukan sahabatnya. Dimana
ia hidup sangat sederhana dan penuh dengan olokan dari tetangganya.
Tanpa banyak berkata-kata lagi,
langsung akan kuberitahu. Guru itu bernama Abul. Abul yang mendapat sebuah
kisah yang sangat takjub di akhir sekolah dasarnya, kelas 6 SD. Hidup di desa
Cempaka—yang baginya merupakan suatu tempat pendulangan intan terbesar di
dunia—dan menemukan seorang sahabat, Gilardia Florens.
Begitulah sahabatnya Gil—yang
kerap dipanggil seperti itu. Gil itu kelihatannya idiot. Tapi, anaknya cerdas.
Ia kaya raya. Ayahnya merupakan seorang pengusaha transportasi yang tersebar di
seluruh Indonesia. Gil juga memiliki sifat yang ingin tahu lebih.
Tapi, dalam cerita ini Gil tidak
tampak idiot. Ia benar-benar sosok tokoh yang sangat baik. Ia selalu berbuat
baik. Bahkan, di saat Gil melihat Anang—temannya Abul yang sudah putus
sekolah—merokok, ia mengingatkan Anang untuk tidak merokok. Bukankah merokok
tidak baik untuk kesehatan, apalagi untuk anak-anak.
Gil juga yang membantu Abul
untuk memecahkan masalahnya. Masalah apa?
Begini ceritanya. Ada seorang pendulang
intan terkenal bernama Kai[2]
Amak yang pada suatu malam ia bercerita masalah cinta dan pengkhianatannya
kepada Abul. Lalu, Ia menceritakan tentang Galuh Hati, pujaan hatinya yang
bernama Sarah, dan seorang temannya yang bernama Antas.
Kai Amak bercerita bahwa Antas
itu pengkhianat. Tapi apa itu benar?
Cerita itu masih setengah. Tidak
sampai tuntas. Kalian tahu apa lanjutannya? Kai Amak meninggal.
Bersama Gil, sahabat barunya,
Abul akan menyelidiki masalah ini.
~ ~ ~
“Ketika
seorang pendulang memamerkan batu itu di tangannya, aku berada di barisan
paling depan. Ini membuatku leluasa untuk melihat batu mulia dengan bentuk yang
begitu menawan. Warna safir yang keluar dari batu mulia itu saat ia tertimpa
matahari membuat kami percaya bahwa batu itu digelincirkan Tuhan dari surga.
Itu adalah intan terindah yang pernah kulihat seumur hidupku.”
—Ayahnya Abul (Galuh Hati, halaman 17)
“Jika
bagimu ini adalah soal harga diri, apa yang bisa kukatakan? Aku tidak bisa
menghalangimu lagi. Tapi, jika kau ingin memikirkan sesuatu, pikirkanlah ini:
kau tidak akan pernah menjadi seorang pecinta yang baik dengan mengorbankan
seseorang.”
—Antas (Galuh Hati, halaman 65)
“Kau
tahu, apa yang mereka katakan tentang tanah dulangan hitam? Di tanah yang
paling hina intan akan lebih memancar.”
—Abul (Galuh Hati, halaman 99)
“Intan
tetaplah intan, Abul. Dia tidak akan menjadi biasa hanya karena berada di
tempat berlumpur. Itu yang harus kau pelajari.”
—Gil (Galuh Hati, halaman 136)
“Tapi,
orang mengatakan bahwa kebahagiaan yang berlebihan adalah sebuah penarik
keduakaan.”
—Sarah (Galuh Hati, halaman 236)
~ ~ ~
Itu tadi sepenggal kisah awal
yang kuberikan kepada kamu bagaimana kisah dibalik novel Galuh Hati. Anggap
saja itu tadi sebuah trailer yang secara sederhana aku gambarkan.
Baik, sekarang waktunya
penilaian terhadap novelnya.
Mas Randu memang jangan ditanya
kalau disuruh buat cerita. Lihat dan bacalah buku Jazirah Cinta yang
pernah ditulisnya. Buku itu dibeli hak ciptanya oleh Malaysia dan difilmkan
menjadi 7 Petala Cinta.
Lupakan yang tadi, dan kembali
ke konteks.
Aku rasa, Mas Randu benar-benar
mengalami riset yang pas dalam membuat novel ini. Segala kehidupan di Cempaka
benar-benar tergambar jelas. Apalagi setiap permulaan bab yang terdapat
ilustrasi gambaran desa Cempaka. Kalian bisa cek sendiri, nih:
Selain itu, tokoh yang diberikan
oleh Mas Randu memang luar biasa. Seorang bocah yang kalau nangis masih ingusan
saja bisa menjadi detektif. Novel yang bercerita tentang persahabatan dan
lika-liku hidup yang tak biasa ini, mampu membuat kita seolah-olah sedang berada
di Banjar.
Mendulang intan, rasanya itu pekerjaan
yang sangat menjijikkan, karena itu jorok karena bercampur lumpur. Tapi, dari
kisah ini aku bisa tahu kalau mendulang intan itu pekerjaan yang tidak biasa
sehingga kita bisa menikmati suguhan kisah yang dipaparkan.
“Membaca
novel Galuh Hati, seakan kau sedang mendulang intan. Mencari siapa yang benar
dan berhati suci seperti warna safir indah yang dipancarkan intan. Ikutilah
perjuangan dua sahabat dalam memecahkan masalah yang cukup luar biasa.”
—M. Nikmal A. M. L., Pembaca Novel Galuh Hati
~ ~ ~
Kak, kalau mau beli novelnya ini dimna ya? Apakah masih ada kak ya d toko² buku?
BalasHapusHalo Ayunda, untuk di toko buku sepertinya sudah tidak ada. Coba kamu googling kira-kira novel ini tersediakah di online bookstore.
Hapus