Multitasking: Emang Seproduktif Itu?


Belakangn ini--tanpa sengaja--kita dihadapkan dengan gangguan digital dan tuntutan yang tak terelakkan. Saya pribadi sering sekali melihat orang yang mengikuti suatu event di sebuah institusi tapi masih harus memangku laptopnya, entah itu sambil mengetikkan sesuatu di file Excel atau bahkan nyambil online meeting dengan TWS tersemat di telinganya. 

Mungkin dari kita bisa menilai kalau orang-orang tersebut multitasking dan seproduktif itu. Tapi apa benar multitasking memang bisa dikategorikan sebagai hal yang produktif?  Meskipun sering dianggap sebagai keterampilan yang diinginkan, multitasking sebenarnya dapat mengurangi produktivitas dan kualitas hasil kerja. Penelitian telah menunjukkan bahwa otak manusia tidak efisien dalam melakukan beberapa tugas sekaligus, dan seringkali kita menjadi lebih rentan terhadap kesalahan dan stres.

Saat ini, penting sekali bagi kita untuk memahami bahwa tidak semua tugas memiliki nilai yang sama. Ada bijaknya kita harus menetapkan prioritas dan fokus pada tugas yang paling penting dapat membantu kita mencapai hasil yang lebih baik dalam waktu yang lebih efisien. Kita bisa menggunakan teknik seperti "Pomodoro Technique" untuk membagi waktu kerja menjadi sesi yang terfokus dan istirahat yang dijadwalkan.

Kadang kita gak sadar dengan kemajuan teknologi ini justru membuat kita seperti meremehkan sesuatu. Misal, sekarang sudah bisa sambil mengerjakan hal lain dan meeting dengan klien. Sekalipun itu terbiasa dilakukan, tapi kemungkinan kesalahan bisa saja terjadi di salah satu aktivitas, atau bahkan di keduanya. Memang teknologi telah memberikan banyak kemudahan dalam kehidupan kita, tetapi juga dapat menjadi sumber gangguan yang besar tanpa kita sadari. 

Selain itu, penting untuk menetapkan batasan sehat dalam penggunaan teknologi, seperti mengatur waktu layar, mematikan pemberitahuan, dan membuat ruang untuk kegiatan luar ruangan dan interaksi langsung dengan orang lain. Jangan sampai teknologi membuat kita adiksi atau bahkan mendikte kita untuk bergantung padanya, sehingga kita melupakan kehidupan nyata.

Dan yang paling penting lagi, sadarlah kalau kamu manusia. Robot saja bisa kepanasan dan meledak kalau bekerja terus. Maka dari itu rehat sejenak kalau kamu rasa sudah terlalu lelah. Kamu juga harus menerapkan istirahat yang berkualitas karen itu juga sama pentingnya dengan waktu kerja yang produktif. Ambil waktu untuk melepaskan diri dari pekerjaan dan menikmati hobi, olahraga, atau waktu berkualitas dengan keluarga dan teman-teman.  Istirahat yang memadai akan membantu menjaga keseimbangan mental dan emosional kita.

Disaat kamu lagi rebahan atau bermalas-malasan, yakinlah diluaran sana banyak orang atau pesaingmu yang sedang berusaha.

Terkadang kalimat ini tidak sepenuhnya benar. Rebahan sejenak dan "bermalasan" yang ingat waktu itu malah diperlukan. Balik lagi: kita manusia, bukan robot. Robot saja butuh cooling down agar ia tidak kepanasan, berasap, bahkan meledak. Oh iya, kita bisa aja mengaplikasikan "JOMO" (Joy of Missing Out). Sebaliknya dengan "FOMO" (Fear of Missing Out), JOMO mengajarkan kita untuk menikmati momen saat kita memilih untuk menyisihkan diri dari kesibukan dan menikmati ketenangan. Belajar untuk menolak tuntutan dan menghargai waktu yang kita miliki dengan hati-hati adalah kunci untuk menjaga keseimbangan dan kebahagiaan dalam hidup.

1 komentar:

  1. berasa deja vu, pernah baca artikel ini tapi dimana ya. Btw temenku JOMO itu malah nyusahin temne-temen disekitarnya. Sulit dikontak karena gak aktifin data. Memang sekarang fokus sama keluarga, cuma ya gitu deh.

    BalasHapus