Hal yang Tidak Ada di Ramadhan 1441 H.

Tak terasa sebentar lagi kita semua akan memasuki bulan Ramadhan 1441 Hijriyah. Mungkin bagi kamu Ramadhan ini terasa berbeda karena pandemi yang masih berlangsung dan segala yang merubahnya. Selintas kamu tidak pernah mengira bahwasannya Ramadhan kali ini benar-benar berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Tapi tidak dengan saya.

Sejak ditakdirkan untuk bekerja di luar Medan membuat saya sudah mengira-ngira kalau Ramadhan kali ini rasanya cukup berbeda. Seandainya pun tidak ada Covid-19, saya rasa tetap saja Ramadhan yang akan saya jalani berbeda. Ini semua karena saya sendirian, tidak di rumah, dan jauh dari keluarga.
Hal yang Tidak Ada di Ramadhan 1441 H.
Tahun 2020 Masehi, 1441 Hijriyah, dimana tahun dengan angka yang berulang tapi tidak mengulang kejadian yang sama. Kita semua dilatih untuk merasakan hal-hal yang baru. Tentunya kita harus tetap bersyukur dan mencoba untuk ikhtiar menghadapi wabah ini, sekalipun beberapa rencana yang kita inginkan menjadi buyar.

Ramadhan tahun ini, pasti ada beberapa yang berbeda. Mulai dari penghujung lebaran nanti tidak akan ada info mudik di televisi atau bahkan undangan berbuka. Tapi tidak hanya itu, Ramadhan kali ini ada beberapa hal yang tidak akan saya cicipi, dan sungguh saya sangat merindukan itu.

Untuk mengobati rindu, izinkan saya mengenangnya melalui tulisan ini. Saya akan memberitahumu apa saja hal-hal yang saya rindu dari Ramadhan-Ramadhan sebelumnya yang tidak akan saya dapatkan di Ramadhan kali ini.

Tidak Ada Alarm Terbaik Saat Sahur

Dua puluh kali menjalani Ramadhan selama hidup dan tentunya selalu tinggal bersama orang tua membuat saya tidak perlu mengatur alarm untuk bangun sahur. Jujur, sahur dibangunkan orang tua itu rasanya nikmat. Tidak terdefiniskan bagaimana nikmatnya dibandingkan suara ringtone dari ponsel. Snooze alarm dari orang tua jauh lebih terasa ikhlas ketimbang kita harus mengaturnya dengan interfal waktu tertentu. Akan rindu disaat sudah dibangunkan sekali, malah memeluk erat guling. Dibangunkan lagi, hanya sanggup terduduk. Dibangunkan lagi, baru bangkit dan menuju ke toilet untuk mencuci muka.
Hal yang Tidak Ada di Ramadhan 1441 H.
Tentunya dengan mengandalkan alarm ponsel tidak bisa seperti itu. Pernah suatu ketika saat sudah bekerja di sini saya mau menjalankan puasa sunnah. Sebelum tidur sudah set alarm dan kemudian terbangun karenanya. Saya matikan dan mencoba untuk mengambil jeda. Bukannya lima atau sepuluh menit kemudian terbangun, tapi malah adzan subuh yang membangunkan saya. Itu artinya, jika bangun sahur dengan alarm tentunya harus benar-benar bangun sebelum kebablasan. Beda dengan dibangunkan orang tua yang benar-benar memastikan saya untuk makan sahur. Sungguh, saya akan rindu dengan hal ini.

Tidak Ada Agenda Bukber

Hal yang Tidak Ada di Ramadhan 1441 H.
Sekalipun tidak ada pandemi di Ramadhan kali ini, saya yakin tidak akan banyak agenda bukber saya. Beda kalau masih di Medan, bukber dengan teman sekolah, teman dekat, acara komunitas, dan undangan bukber yang lainnya. Pastinya kamu juga merasakan perbedaan ini, jadi saya rasa kamu pasti mengerti. Bukber bagi saya merupakan momen dimana saat seharian berpuasa dan kita berbuka bareng-bareng, bertukar kabar, dan mengobrol apapun membuat kita seakan-akan tidak lelah setelah berpuasa seharian. Namun sepertinya tahun ini sama sekali tidak ada agenda bukber, jadi bersyukurlah kamu yang masih bisa berbuka dengan kerabat dekatmu di rumah karena masih banyak di luar sana yang harus berbuka di luar rumah karena urusannya masing-masing.

Tidak Ada Kegiatan Memasak Bukaan

Hal yang saya sukai setiap sore di bulan Ramadhan ketika tidak ada agenda berbuka di luar adalah memasak bukaan. Keluarga saya termasuk yang sangat jarang sekali membeli bukaan di luar. Biasanya kami selalu membuat kudapan sendiri. Seringnya berbagai macam gorengan, atau mungkin bubur, puding, dan yang lainnya.
Hal yang Tidak Ada di Ramadhan 1441 H.
Sebenarnya di sini juga saya bisa memasak bukaan. Hanya saja rasanya cukup berbeda. Di sini saya hanya bisa memasaknya sedikit dan tentunya sebentar. Tidak seperti di rumah yang karena penghuninya banyak, tentu ada rasa kepuasan tersendiri memasak banyak dengan waktu yang tidak sebentar.

Tidak Ada Perbuburan Nikmat

Di sini memang ada sih yang menjual bubur sumsum, tapi tidak dengan bubur pedas dan bubur sagu. Memasak bubur pedas dengan pendamping anyang adalah hal yang jarang bisa dinikmati. Biasanya Ummi sering memasaknya saat Ramadhan. Begitu juga dengan bubur sagu. Dua bubur itu rasanya sangat nikmat disantap ketika berbuka.
Hal yang Tidak Ada di Ramadhan 1441 H.
Bukannya saya tidak bisa memasaknya, hanya saja masak untuk jumlah sedikit, ditambah ada beberapa rempah bubur pedas yang tidak saya temukan di sini tentunya tidak memungkinkan saya untuk memasaknya. Jadi untuk Ramadhan kali ini, kenikmatan bubur pedas beserta anyang dan juga bubur sagu sepertinya harus di-skip.

Tidak Ada Pizza Sehabis Tarawih dan Sahur

Sebenarnya bisa aja sih di sini makan pizza saat sahur. Hanya saja saya kurang yakin. Begini ceritanya: kami semua pecinta pizza. Biasanya saat Ramadhan terkadang delivery pizza. Ekspektasinya sih pizza ini untuk menambah makanan berbuka, tapi realitanya saat berbuka yang kekenyangan dan akhirnya membuat pizza menjadi tersisa hingga tarawih.
Hal yang Tidak Ada di Ramadhan 1441 H.
Memakan pizza selepas tarawih itu juga suatu kenikmatan. Tapi entah kenapa tetap saja masih menyisakan beberapa potong. Dengan begitu, biasa Ummi menghangatkan sisa pizzanya saat sahur, dan asal kamu tahu: sungguh cukup nikmat memakan pizza hangat di saat sahur.

Bisa aja sih saya memesan pizza malamnya kemudian memakannya saat sahur. Tapi kalau tidak hangat, saya tidak yakin pizzanya bakal nikmat. Permasalahannya di kostan saya tidak menyediakan microwave untuk menghangatkan makanan. Jadi ya itu tadi, mungkin kenikmatan ini juga tidak akan saya temukan di Ramadhan tahun ini.

Tidak Ada Membuat Kue Lebaran

Honstly, i’m so miss this moment. Ini bukan sekedar buat kue lebaran, tapi momen berharga yang sudah sangat jarang saya dapat ketika membuat kuenya. Sambil membuat kue, saya bisa bercerita dengan Ummi, bertukar pendapat, dan tentunya membicarakan hal positif lainnya. Selain itu, membuat kue yang enak tentunya mendapat kepuasan tersendiri saat sudah memakannya ketika berbuka puasa.

Mungkin tidak seratus persen kudapan lebaran di rumah yang kami buat. Beberapa ada yang beli. Hanya saja ada beberapa jenis kue yang rasanya kurang pas dan saya belum nemu ada orang yang bisa membuatnya dengan rasa yang saya inginkan. Kastengel contohnya. Mungkin banyak orang membuat kue keju yang satu ini hanya dengan bahan keju cheddar atau yang lainnya. Tapi bagi saya cheddar saja masih kurang. Sebagai orang yang suka makan keju, saya memilih tidak hanya memakai cheddar. Kastengel di rumah saya biasa dicampur dengan parmesan dan keju tua. Belum lagi jika orang lain buat kastengel itu tidak pakai aa. Hal itu yang membuat teksturnya berbeda. Tidak hanya kastengel, ada beberapa jenis kue tradisional yang rasanya tidak pas dan mengharuskan saya harus membuat beberapa kue tersebut di rumah.
Hal yang Tidak Ada di Ramadhan 1441 H.
Misalnya semprit. Kue semprit bikinan orang di luar sana memiliki rasa yang berbeda dengan yang saya dan Ummi bikin. Sebenarnya sih ini soal perbedaan selera, tapi ya itu tadi. Rasanya ga afdhol aja kalau lebaran gak ada kastangels dan semprit. Belum lagi beberapa teman saya yang memfavoritkan kue salju yang saya buat dengan taburan gula mint-nya. Beli di luar belum tentu rasanya pas dengan taburan gulanya yang berasa mint.

Itu sebabnya momen membuat kue lebaran itu sangat berarti bagi saya saat Ramadhan. Walaupun lelah, tapi worth it-la.

Sebenarnya masih ada beberapa hal yang tidak ada dan tidak akan saya rasakan di bulan Ramadhan kali ini. Tapi rasanya itu semua sudah mewakili dan bisa mengobati rasa rindu saya. Tapi bagaimanapun saya tetap selalu bersyukur masih dipertemukan di bulan Ramadhan tahun ini, dan semoga semua aktivitas dan ibadah saya selama di bulan Ramadhan lancar, tidak ada kendala, hingga saya bisa sampai ke hari yang Fitri. Aamiiin ya Rabbal ‘Alaamiin.

Saya juga mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila saya pernah melukai hatimu, baik dengan perkataan, tulisan, tindakan, maupun tingkah saya. Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan bagi yang menjalankannya, dan mohon maaf sekali lagi: after a few moments, saya baru nulis di blog ini lagi. Doakan saya bisa rajin ya untuk tetap update di blog ini.

22 komentar:

  1. Yaaaaa semoga badai ini cepat berlalu sihhh....

    Padahal bukber itu adalah salah satu alasan buat bisa ketemu doi dulu pas masih sekolah...

    Duuhhhhh.... curhat lahh nnti diblogku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang tulisanku super sekali ya, bisa membuat orang menulis di blognya 😝

      Hapus
  2. Apakah nanti bakalan ada ucapan taqabbalallahu minna wa minkum yang unik pada idul fitri kali ini, entahlah kita lihat aja nanti.

    Ramadan kali ini memang beda, aku aja mau pulkam harus mikir dua kali, masih bimbang antara pulang atau enggak. Mana lagi bawa bayi, dan itu yang dikhawatirkan.

    Entah kapan, aku yakin bakalan ada masanya kita akan mengenang ramadan yang mengharukan ini, sehingga ramadan berikutnya lebih dioptimalkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti bakalan ada sih ucapan taqabbalallahu minna wa minkum itu bang.

      Jangan pulkam ataupun mudik dulu deh bang, kasian debaynya ntar.

      Nah mungkin taun depan bakal mengenang ramadhan tahun ini seperti apa 😅

      Hapus
  3. Tidak ada agenda bukber, itu yang rasanya kok ngeganjal ya kan. Padahal berdekatan jarak paling 40 menit dah bisa jumpa padahal :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iih betol kali lo bang, pasti itula yang dikecewakan banyak orang.

      Hapus
    2. Lebaran nanti, buat kontennya lah. Masih PSBB atau nggak ya kan..

      Hapus
    3. Hahaha bisa aja nih bang wahyu, makasih sarannya 😅

      Hapus
  4. Agenda bukber yang begitu terasa untuk tahun ini, biasa ada beberapa acara sampe lelah. sekarang dirumah aja dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. ((sampe lelah)) ooop, ngeri kali abang kita ini ya. Ajakinla bang tahun depan kalo ada bukbernya berlebih 😅

      Hapus
  5. Sabar ya mal. Semua ada hikmahnya. Tapi Allah syg sama mal, dibuat gak sendirian menghadapi kesunyian. Sunyi menjadi milik bersama kayak lagu-lagu itu. Sepi ini milik bersama hihi.

    BalasHapus
  6. Beda puasa taun ini ya banyak bang, takjil sepi pembeli, biasanya itu jadi ladang rezeki sekarang turun omset, jadwal bukber gada wkwk takut semua sama coronjel

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walaupun berbeda tapi tetap harus semangat untuk mencari amal ibadah.

      Hapus
  7. Ramadan tahun ini berbeda untuk saya karena sempat pulang kampung dan menjalankannya di rumah dengan keluarga, namun jadi tidak bisa mengadakan bukber dengan teman-teman di Medan karena kondisi juga masih tidak meyakinkan. Yah, bagaimanapun juga harus tetap dijalankan dengan maksimal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetap bersyukur, karena dill luar sana masih banyak yang gabisa mudik.

      Hapus
  8. Dari awal awak udah ada prasangka bahwa ramadhan tahun ini pasti bakal kurang seru, kegiatan seperti bukber atau iktikaf gak bisa di lakukan saat ini. Semoga deh tahun depan bisa selesai masalah ini :(

    BalasHapus
  9. Ga ada agenda bukber sama sekali. Tapi aku beberapa kali bukber virtual sama temen-temen. Rindunya menggebu, jadi tukar sapa lewat video yang ndut-ndutan karena sinyal seadanya pun jadilah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada sensasi tersendiri ya kan kak kalo bukber virtual 😅

      Hapus
  10. Yahhhh ikutan sedih :( semoga pandemi ini segera berlalu dan kamu bisa berkumpul bersama keluarga ya. Selamat menjalankan ibadah puasa ya. Tetap jaga kesehatan. Salam.

    BalasHapus