Kata Avira kemarin, datang saja ke rumahnya jika ingin menjumpai dirinya. Tapi sebelumnya harus pasang janji dulu—aku mengerti sekarang ia sibuk sekali. Langsung saja, mumpung ia belum memutuskan sambungan telepon, aku akan bilang padanya bahwa besok malam aku kan datang.
Dan besok malam yang kemarin itu adalah malam ini. Bahkan aku sudah hampir telat sekarang.
Langsung saja kuambil barang yang sudah kupersiapkan jauh-jauh hari. Kemudian aku langsung mengebut mobilku ke restaurant yang baru beberapa bulan ini buka.
Saat sampai, aku langsung bilang pelayan kalau aku adalah tamu Avira. Kemudian aku ditunjukkan bangku yang sepertinya sudah dipersiapkan Avira. Bangku ditengah tepat di bawah lampu utama. Kemudian pelayan itu ke dapur dan memanggil Avira.
Sebenarnya, restaurant ini milik Avira. Baru beberapa bulan sudah ramai. Bagaimana tidak ramai, kan Avira koki yang handal. Bahkan ia langsung turun ke dapur memasak beberapa hidangan penting. Hanya hidangan yang terbilang tidak khusus saja yang ia serahkan kepada koki lain. Itu pun sudah ia seleksi dengan ketat.
Avira keluar membawa hidangan. Sempat bingung, kenapa ia sudah membawakan hidangan, padahal aku belum memesan makanan. Ia masih berbalut baju kokinya. Hanya topi dan celemeknya saja yang sudah dilepasnya.
“Ayo, silahkan dimakan, Sayang.” Avira langsung menyuruhku memakan begitu hidangan dikeluarkan. Hidangan itu ialah kerang rebus, lengkap dengan sambalnya. “Itu hidangan spesial, tidak ada di jual di sini. Kubuatkan khusus untukmu.”
Ah, romantis sekali. “Kenapa harus kerang rebus?”
“Yah, ternyata kau tak pernah tahu apa makanan kesukaanku, ya?” Avira tampak kecewa, “Tak apalah. Yang penting sekarang kau sudah tahu.”
Ok, kucatat dalam memoriku. Kerang rebus adalah makanan kesukaan Avira. Dan baru perdananya aku ketahui itu. Dan rasanya aku ingin banyak tahu segala tentang Avira. Dan cara untuk mengetahui apa saja tentang Avira adalah memilikinya.
Maka malam ini, aku ingin meminta izin untuk memiliki Avira dengan sepenuhnya. Melamarnya, itulah yang ingin kulakukan. Langsung saja kukeluarkan barangkubawa. Sebuah kotak ukuran tiga kali tiga dengan cincin putih di dalamnya. “Will you marry me?”
Avira terkejut. Ia terdiam selama sepuluh detik, kemudian bercakap, “secepat itukah kau ingin memilikiku, Asraf?”
Aku mengangguk. Kemudian Avira tertawa. Sepertinya dia terharu. Dia memandangiku, “Asraf, bukannya aku tidak suka yang terburu-buru, tapi ayolah. Berikan aku waktu untuk memilih kata yang tepat. Sembari aku berpikir, coba nikmati dulu kerang rebusnya. Mumpung masih hangat.”
Aku meletakkan cincinnya di atas meja. Di samping kerang rebus yang dihidangkan Avira. Kemudian tanganku meraih cangkang kerang dan memisahkan antara daging dengan rumahnya. setelah terpisah, kucocolkan kerang itu ke sambal yang sudah disiapkan Avira juga.
“Bagaimana?” tanya Avira tersenyum.
Aku menggigit sambil menyuruh lidahku untuk merasa. Dan rasanya adalah, “enak! Pantas saja kau menyukainya? Terima kasih ya, Sayang, kau sudah memasak makanan yang lezat malam ini.”
Lagi-lagi Avira tersenyum, “Ayo dicoba lagi. Aku masih memikirkan kata-kata yang tepat. Habiskan semuanya. Baru aku akan menjawabnya.”
Langsung saja, kuhabiskan sepiring penuh kerang rebus itu. Sudah tidak sabar dengan jawaban yang akan diberikan Avira. Menghabiskan makanan lezat pastilah tidak membutuhkan waktu lama. Menurut prediksiku, aku menghabiskannya dalam waktu tujuh menit.
“Sudah habis, Sayang. Sekarang jawablah!”
“Asraf, aku mau kita putus.” Avira mengucapkan kalimat itu dengan fasih. Sementara aku langsung terkejut dan tidak menyangka. Hatiku tercambuk oleh perkataannya, rasanya nyeri.
“Kenapa putus?” tanyaku.
“Kau bilang kenapa putus, Asraf? Tak usah pura-pura bodohlah. Ternyata, lelaki zaman sekarang penuh keculasan. Polos di depan, bergerigi di belakang.” Wajah Avira tampak serius. Senyumnya yang manis tadi sekarang berubah menjadi senyum sinis.
“Avira, apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti. Apa yang menyebabkanmu seperti ini?”
“Semua penyebabnya adalah tadi pagi.” Avira bercerita, “saat aku baru saja melangkah ke dapur, kemudian pelayan memberiku sebuah amplop. Tanpa ada nama pengirimnya. Katanya dari seseorang yang langsung pergi.”
Avira menatapku dengan penuh kekesalan, “Kau tau apa isinya? Foto kau sedang bercinta dengan seorang perempuan. Banyak sekali. Yang paling membuatku sakit ialah perempuan itu tersenyum dan kau terpulas dengan wajah yang tenang. Dasar peselingkuh!”
“Avira, aku tidak—”
“Save your bullshit, Asraf!” Potong Avira, “Wanita yang kau selingkuhi mengirim pesan kepadaku. Ternyata wanita yang difoto itu adalah dirinya, dan ia sudah menjalin hubungan denganmu sebelum diriku. Dia memintaku untuk meninggalkanmu secara tidak langsung dengan mengirim foto-foto kemesraan kalian.”
Ah, pasti ini kerjaannya si Teresa, teman sekantorku, sekaligus selingkuhanku memang. Tapi aku sudah memutuskannya karena aku ingin serius dengan Avira. Dan sepertinya, Teresa tidak terima dan berbuat seperti ini dengan Avira. Aku benar-benar bingung harus bagaimana lagi di depan Avira.
“Sudahlah, Asraf. Cukup ini kali terakhirnya kita bertemu. Pulanglah, dan semoga kau suka dengan hadiah yang kuberikan.” Avira tersenyum.
“Hadiah?” tanyaku bingung.
“Kerang rebus yang barusan kau makan. Ada racunnya,” Avira tersenyum dan lagi-lagi aku dibuat tidak percaya dengan tingkahnya. “Tapi jangan khawatir. Aku bukan pembunuh, kok. Aku tidak membersihkan cika yang tinggal selipan kerangnya. Cika itu adalah semacam kepiting kecil yang jika dimakan akan menyebabkan diare. Kau tahu Asraf, sebenarnya aku suka kerang rebus. Tapi aku benci mengolahnya, karena harus membersihkan cika-nya dari kerangnya.”
Aku masih tidak mengerti. Tapi, rasanya ucapan dia benar. Aku memegang perutku. Avira tertawa melihat tingkahku, “Sudahlah, Asraf. Pulanglah. Bercintalah dengan toilet untuk malam ini. Nikmati racun yang kuhadiahi malam ini denganmu. Anggap saja ini pembalasan atas apa yang kau lakukan padaku.”
Aku langsung berdiri, berlari ke arah toilet. Dan benar, karena racun kerang yang disebut cika itu aku diare. Dan terus diare, hingga larut malam.
Mulai malam itu, ada satu pelajaran yang dapat kuambil. Jangan mempermainkan perempuan, sebab perempuan sebenarnya lebih pintar dari lelaki. Dan kau akan lebih sakit jika dipermainkannya dengan cara yang cerdas.
Sumber Gambar: Pinterest
Aku kok jd fokus ke gbr kerang rebusnya ya? Hehehehe..
BalasHapusBah, minum Aqua dulu, Mbak. Biar gak gagal fokus. :D
HapusIyaa kerang rebus nya kayaknya enak haha
BalasHapusMemang enak, Avira kan jago masak. (Dan juga jago ngerjain orang!) :D
Hapusaduuhhh... gambarnya bikin gagal fokus nih
BalasHapusUdah, pigi gih nyari kerang rebus sana!
HapusYa kali si asraf ga sadar udah ngunyah banyak cika di antara kerang rebusnya, hahaha. btw klo kebanyakn, rancunnya bisa buat gagal ginjal lo :D
BalasHapusgue demen sama tokoh kayak avira~
Cika itu bentuknya kecil, Mbak Iyyah. Lagian kalo temakan gak bakalan sadar karena biasanya ia ikut lumer terkunyah dengan kerangnya.
HapusTenang aja, Mbak Iyyah. Avira ngasih cikanya cuman dibeberapa kerang aja kok. Gak semua kerang ada cikanya. Jadi gak sampe kena gagal ginjallah. Avira kan bukan pembunuh. Dia masih punya hati, kok. Jadi tenang aja. :D
kalo belum pernah kena cika gak lengkap rasanya hehehehe
BalasHapusby the way, nikmal belum pernah kenak cika lo. Dirumah cuman buya aja kayaknya yang pernah kena cika. :)
HapusKarena judulnya kirain ini bahas kerang rebus dimanaaaa gitu
BalasHapusTapi aku suka ceritanya, keren aja cara batasnya hahaha
Hahahaha, makasih admin udah berkunjung, dan maafkan kalo mengira ini postingan review makanan :))
HapusSadiiis wkwkwkwkw.... Btw kerang rebus memang enak. Tp kadang memang bikin diare kalo salah diolah. Suamiku yg pernah ngerasain. Ampe opnam gara2 diarenya ga sembuh :D. Sejak itu dia agak trauma kalo makan kerang rebus.. Aku sendiri alhamdulillah blm prnh rasain sakit perut krn kerang mas. Jd blm kapok makannya :p
BalasHapusWah, parah banget berarti cikanya sampe suami Mbak di opname :(
Hapus