Membuka Ruang Privasi

 
Pernahkah terbayang dipikiran kamu apa yang terjadi pada apa yang telah kamu perbuat di dunia ini setelah kamu meninggal? Eh, tunggu dulu! Bukan berarti ini persoalan amal ataupun soal pahala. Ini bukan membicarakan soal akhirat. Tapi ini masih bicara soal dunia.

Lebih tepatnya apakah kamu pernah terbayang apa yang terjadi pada hal-hal yang kamu lakukan di dunia ini setelah kamu meninggal? Seperti misalnya bagaimana nanti yang menuliskan laporan praktikum saya yang sampai sekarang belum saya poles, atau siapa yang mengumpulkannya? Atau apa sajalah.

Artinya begini: apa pernah kamu memikirkan siapa yang akan mengurusi urusan duniamu saat kau telah tiada? Mungkin jawabannya cukup simple, yaitu keluarga. Tapi apa pernah kepikiran betapa repotnya keluarga kamu mengurusinya jika kamu dulunya benar-benar mengerjakannya sendiri?

Itulah yang lagi-lagi sempat saya pikirkan. Bayangkan saja, selama ini yang tahu hasil praktikum itu saya sendiri, bagaimana bisa keluarga saya bisa merampungkan? Ok, emang gak penting lagi sih kalau saya sudah meninggal dan lupakan semua kegiatan kuliah. Tapi yang saya bicarakan tadi hanya permisalan. Karena yang sesungguhnya akan saya bahas sekarang.

Pernah kepikiran dengan segala hal yang kamu batasi dengan kata sandi setelah kamu meninggal nanti? Apa saja itu, termasuk mungkin pin atm, password sosial media, dan lainnya yang menyangkut privasimu. Dan saat ini itulah yang saya pikirkan.

Saya berharap, setelah saya meninggal nanti masih ada yang mengurusi apa yang saya perbuat di sosial media. Setidaknya keluarga saya mengkonfirmasi kalau saya sudah benar tiada kepada para teman sosial media, juga pastinya di blog ini. Saya juga berharap pihak keluarga mengkonfirmasi alamat-alamat email yang masuk bahwa email ini bukan saya lagi yang megang. Tetapi, apa mereka bisa melakukannya kalau saya selama ini membatasinya dengan password yang hanya saya yang tahu?

Mungkin sudah saatnya membeberkan password kepada orang yang terpercaya. Kalau kamu sudah berumah tangga, mungkin kamu langsung berpendapat bahwa memberikan kata sandi atau pun pin yang lainnya kepada pasanganmu masing-masing. Kalau seperti saya? Mau memberikan pada orang tua? Yaelah, udah kuliah lo, ngapain lagi Ummi ngurusin soal begituan kan ya?

Yah, tapi mau gimana lagi, ya? Mungkin salah satu alternatifnya saya berikan sama kakak saya. At least, saya sebenarnya cukup tahu apa saja kata sandi dalam hidupnya. Misalnya kaya password email, Twitter, Line, BBM, saya tahu itu dan dia tidak sungkan memberikannya pada saya. Ibaratnya dia percayalah. Jadi seperti sangat minim ruang privasi dirinya terhadap saya. Hanya mungkin password Facebook yang tidak diberikannya. Tapi begini, kalau seandainya dia tiada, tentu saya tetap mudah melacak password Facebook-nya dari email kan? Nah, sementara saya? Bisa terbilang hanya saya sendiri yang tahu password itu.

Oh iya, alasan kakak saya memberikan itu semua karena terkadang ia minta tolong kepada saya ditengah kesibukannya. 
“Mal, tolong kirimkan email ke temanku. Ambil datanya di laptop, di data D, nama filenya bla bla bla.” 
Ya tentu kejadian seperti ini pasti memudahkan dia dan mau tidak mau saya harus mengetahui password-nya. Dan dia juga percaya adiknya yang satu ini tidak mungkin rela membajak yang tidak-tidak dari akun kakaknya sendiri.

Masalah pin atm dia juga terkadang memberitahukannya kepada saya. Itu karena terkadang dia mager keluar rumah, terus mau narik duit dan kebetulan saya mau keluar, jadi sekalian saja. Ok, untuk masalah bank mungkin bisa diurus ke kantor banknya langsung kalau sudah meninggal, tapi masalah sosial media tersebut, siapa yang mau mengurus?

Saya rasa, hanya ada 2 alternatif: kita memberikan password kepada orang terpercaya kita atau enggak setidaknya founder sosial media sendiri itu menyediakan layanan laporan keluarga untuk orang yang sudah meninggal. Misalnya juga seperti Google, dalam Google terdapat beberapa produk untuk satu akun, seperti Google+, Blogger, Youtube, dan sebagainya. Jadi, saya rasa mungkin apabila user salah satu dari produk Google itu meninggal, saya harap Google menyediakan ruang untuk keluarga agar bisa mengurusnya. Setidaknya ada beberapa pilihan, seperti menutup akun atau bahkan melanjutkannya untuk mengenangnya mungkin. Seperti ngeblog misalnya, akan lebih bagus keluarganya tetap membiarkan blognya untuk di kenang.

Ya, inilah realisasi dari bayangan-bayangan saya kali ini. Mungkin nanti juga saya memberitahu kata sandi apa saja kepada orang yang saya percayai.

22 komentar:

  1. Sempat mikir juga sih deq.
    Tapi kalo saat ini dikasi tahu bisa dikepoin semuanya ya kan.hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, tergantung orang yang kita percaya sih kak gimana dia menyikapinya :)

      Hapus
  2. ide ny yg bagus.. cb kirim email ke google aja bro.. tpi pasti bisa kok asalkan di kasih bukti autentik

    BalasHapus
  3. idenya keren bro , membuka ruang privasi :D

    BalasHapus
  4. gimana kalau akun sosmed kita banyak mendatangkan mudharat, dan ketika kita mati, itu malah jadi ladang dosa, gimana tuh, ish ngeri bayanginnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya semasa idup jangan suka bikin yg aneh-aneh di sosmed min :)

      Hapus
  5. baca ini jadi teringat dulu pernah baca artikel tentang aplikasi atau situs yang bisa berguna kalau kita udah meninggal nanti. Kalau ga salah kita bisa pilih akun dan password mana aja yang dikasi untuk keluarga. Sisanya lupa itu bakal diapus sama mereka akunnya atau gimana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ooh, jadi sudah ada ya kak Wina. Nanti Nikmal cari lagi deh :)

      Hapus
  6. aku selalu kasih tau ke suami kalo ttg pasword2 email, pin atm, pin kartu ato apapun..tapi utk back up, aku jg slalu nulisin di buku notes yg aku simpen dlm lemari... berharap keluarga nantinya bakal membuka notes itu kalo aku g ada :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, kemungkinan ntar keluarga pas bongkar bakal nemukan notes-nya, Mbak. :)

      Hapus
  7. waaah.. iya juga ya. facebook kayaknya sekarang udah ada keterangan kalau misalnya si pemilik akun udah meninggal. kemarin soalnya pernah buka akun orang yang udah meninggal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus dong kalau begitu, semoga sosmed lain juga menyusul :)

      Hapus
  8. untung orang rumah tau semua all sosmed and pin bank *eh

    BalasHapus
  9. Waaa...iya juga ya.

    Mungkin kitanya kali ya...bisa mulai buat surat wasiat. Salah atu isinya ya itu password n pin2.

    Stau kak sih klu dunia maya ada kebijakannya tg pengguna yg udah meninggal. Busa diurusin sama kluargnya sih. Tapi ya itu. Urusannyabribet krna harys ngurus surat2 ket yg diperlukan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang ribet sih kalau ngurusin data orang yang sudah tiada. Tapi mau seribet apapun kita yang masih hidup tetep harus ngurusnya dong, ya(?)

      Hapus