Belajar dari Pak Gunawan


Attitude baik kalian tidak akan terlihat oleh perusahaan karena mereka sudah akan membuang kerja kalian jika prestasi buruk. Prestasi akademis yang baik bukan segalanya. Tapi memang membukakan lebih banyak pintu, untuk memperlihatkan kualitas kita yang baik.”
—Pak Gunawan, Sabtu Bersama Bapak halaman 51

Saat libur di hari Sabtu, rasanya memang malas keluar rumah. Apalagi kalau tidak ada acara atau kesibukan yang lainnya. Saat malas keluar rumah, hal yang sering saya nikmati untuk menghabiskannya adalah membaca.

Memang banyak tumpukan buku yang belum dibaca. Mungkin, saat Ramadhan akan habis semuanya jika tidak sibuk di sekolah nanti. Apalagi saat ini lagi malas berurusan dengan naskah. Setelah melihat jejeran buku-buku yang belum dibaca, entah kenapa Sabtu ini lebih memilih membaca buku karya Bang Adhitya satu ini.

Dan juga karena ini hari Sabtu, rasanya Sabtu Bersama Bapak cocok menemani Sabtu ini.

Saya suka cover buku ini. Entah mungkin karena biru muda sebagai warna kesukaan saya, atau ilustrasi dari—ini menurut saya, ya—Pak Gunawan, Buk Itje, Satya, dan Cakra. Tidak hanya cover-nya, ilustrasi isinya pun menarik. Sangat selaras dengan konsepnya.

Kemudian, saya acungkan jempol saya untuk Bang Adhitya atas karyanya yang satu ini. Konsepnya itu, lo, yang bikin saya terpukau. Benar-benar tidak ada dipasaran manapun.

Jujur, saat membaca Sabtu Bersama Bapak buat perasaan dan emosi campur aduk. Pertama kali sedih karena kata-kata Pak Gunawan, Ibu Itje yang sakit, dan juga senang dan dapat belajar dari pengalaman Satya sebagai kepala keluarga.

Dan juga pengalaman Cakra mencari cinta, hingga akhirnya ia melamar Ayu dengan cara yang menyebalkan, tapi itu sangat seru. Kukira Cakra bakal memutuskan Ayu, eh, ternyata aku langsung ditipui sama Bang Adhitya. Benar-benar cerita yang gak bisa ditebak!

Ya, seperti banyak orang bilang, kalau Sabtu Bersama Bapak memberi pembaca banyak pelajaran. Bagiku, membaca buku ini bisa jadi sebagai media pelajaran untuk kita semua, terkhususnya kaum Adam untuk menjadi kepala keluarga yang baik. Tak hanya Adam, kaum Hawa pun bisa mengambil pelajaran dari penuturan-penuturan Pak Gunawan ini.

Akhirnya, good job buat Bang Adhitya, bukunya bermanfaat sekali untuk orang banyak. Hiburannya dapat, pesannya dapat, dan pastinya gaya menulis Bang Adhitya yang khas juga dapat. Seperti footnotes-footnotes yang membuat mata pembaca seakan diistirahatkan oleh narasi yang panjang, juga pengaturan panjang paragraf yang enak di baca.

“Laki, atau perempuan yang baik itu, gak bikin pasangannya cemburu. Laki, atau perempuan yang baik itu... bikin orang lain cemburu sama pasangannya.”
—Cakra, Sabtu Bersama Bapak halaman 227-228

~ ~ ~

Judul Buku: Sabtu Bersama Bapak
Penulis: Adhitya Mulya
Penerbit: GagasMedia
Penyunting: Resita Wahyu Febriarti
Profreader: Yuka Ratna P & Mita M. Supardi
Penata Letak: Landi A. Handwiko
Desainer Sampul: Jeffri Fernando
No. ISBN: 978 979 780 721 4

6 komentar:

  1. jadi pengen pulang cium tangan bapak :(
    #perantauan yg uda lama ngak pulang.haha :0

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayoo... cepetan admin pulang gih! *ngusir dari Medan* :D

      Hapus
  2. Mungkin aku harus baca buku ini biar semakin akrab dengan papaku sendiri :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wajib malahan Mbak Molly! Bukan harus lagi. :)

      Hapus
  3. mungkin mimin moto-f juga harus sering deket ayah nih meskipun bawaanya mau bersaing aja utnuk dapeti perhatian mama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aih min, Mama itu sebenarnya gak kita cari perhatiannya pasti bakalan dapet kok. :)

      Hapus